3  UTS-2 My Songs for You

3.1 .Feast - Tarot


Tonton Official Lyric Video di YouTube

Nama yang sama bertahan
Dalam ruangan hening
Tanpa suara, bertahan
Tak bergeming

Terlalu lama bercanda
Kita tak terbiasa
Dengan celaka yang nyata
Diam, tak berdaya

Namun, aku bingung kenapa ku tak pergi
Aku bingung kalian masih di sini
Apa mungkin kar’na terlalu lama?
Apa benar ’tuk berbagi derita?

Mungkin nanti semua justru memburuk
Hati-hati, namun terjatuh lagi
Tapi luka adalah niscaya
Kutanggung denganmu s’lama ku mampu
S’lama ku mampu

Di kehidupan kedua (di kehidupan kedua)
S’moga kau tak terlalu keras kepala
Atau mungkin ini bukan yang pertama (ini bukan yang pertama)
Dan kita dib’ri kesempatan berubah

Ku yakin nyawa kita bertautan
Khatam berbagai cobaan
Selalu menertawakan ramalan bintang, kartu tarot
Orang pintar pembaca nasib

Namun, aku bingung kenapa ku tak pergi
Aku bingung kalian masih di sini
Apa mungkin kar’na terlalu lama?
Apa benar ’tuk berbagi derita?

Mungkin nanti semua justru memburuk
Hati-hati, namun terjatuh lagi
Tapi luka adalah niscaya
Kutanggung denganmu s’lama ku mampu
(S’lama ku mampu)

Selalu menertawakan ramalan bintang, kartu tarot
Orang pintar pembaca nasib

Namun, padamu ku percaya
Tak masuk logika
Padamu ku percaya
Tak masuk logika (tak masuk logika)
Padamu ku percaya (padamu ku percaya)
Tak masuk logika (tak masuk logika)
Padamu ku percaya (padamu ku percaya)
Tak masuk logika (tak masuk logika)
Padamu ku percaya, oh
Tak masuk logika


3.2 Dialog Internal: Sebuah Persembahan

Tugas ini meminta saya mendedikasikan karya untuk “ia atau mereka” yang saya anggap sebagai relasi intim. Setelah refleksi panjang, saya sadar relasi paling intim, paling rumit, dan paling konstan dalam hidup saya adalah dengan “ia” yang selalu ada di sana.

“Ia” adalah satu-satunya saksi saat saya gagal. “Ia” yang mendengarkan semua keluhan saya. “Ia” yang tetap tinggal saat laboratorium saya berantakan.

Karya ini saya persembahkan untuk “ia”: Myself

Lagu “.Feast - Tarot” adalah lagu yang saya pilih untuk menggambarkan dialog internal ini. Ini adalah lagu tentang loyalitas radikal, bukan kepada orang lain, tapi kepada diri sendiri.


3.2.1 Lirik Pilihan & Refleksi: “Tarot”

Lagu ini adalah percakapan. Percakapan antara “Aku” (kesadaran saya) dan “Kamu” (ego saya yang sedang jatuh dan ragu).

3.2.2 Lirik Kunci dari “.Feast - Tarot”

Mungkin nanti semua justru memburuk
Hati-hati, namun terjatuh lagi
Tapi luka adalah niscaya
Kutanggung denganmu s’lama ku mampu

Selalu menertawakan ramalan bintang, kartu tarot
Orang pintar pembaca nasib

Namun, padamu ku percaya
Tak masuk logika


3.2.3 Refleksi: Kekuatan Koneksi yang “Tak Masuk Logika”

Inilah “kekuatan koneksi” yang ingin saya ceritakan.

Saat saya “terjatuh lagi” (gagal di lomba, debugging seharian), logika eksternal berkata saya harusnya malu atau berhenti. Ramalan “kartu tarot” dari dunia luar mungkin berkata saya tidak cocok di bidang itu.

Tapi “Aku” (kesadaran saya) berkata pada “Kamu” (diriku yang sedang jatuh): "Kutanggung denganmu".

Ini adalah janji untuk “berbagi derita” dengan diri sendiri. Ini adalah komitmen untuk tidak meninggalkan diri sendiri hanya karena sebuah kegagalan.

Pada akhirnya, ini semua berpusat pada satu hal: "Padamu ku percaya / Tak masuk logika".

Saya (Aku) percaya pada “kamu” (potensi diriku). Kepercayaan ini seringkali tidak logis. Tidak ada data yang mendukungnya saat saya baru saja gagal. Tapi koneksi inilah, kepercayaan internal yang “tak masuk logika” ini, yang menjadi fondasi dari semua keberanian saya untuk bereksperimen. Saya adalah jaring pengaman saya sendiri.